MEDAN – Innalillahi wainna ilaihi raji’un. Suasana duka mendalam menyelimuti rumah almarhum Nasrun, penjaga kantor Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Utara, yang menghembuskan napas terakhirnya.
Di tengah keheningan dan tangis keluarga yang ditinggalkan, tampak sosok Ketua PWI Sumut, Farianda Putra Sinik, hadir membawa simpati dan ketulusan yang menyentuh hati, didampingi Ketua IKWI Sumut.
Langkah kaki Farianda perlahan memasuki rumah duka, matanya menatap lurus ke arah jenazah yang terbujur berselimut kain putih.
Dalam pandangan yang dalam dan penuh makna, Farianda duduk mematung di sisi jenazah, seakan ingin mengingat betul wajah sosok yang selama ini setia menjaga dan melayani kantor PWI dengan hati yang ikhlas dan rendah hati.
“Allahummaghfirlahu, warhamhu, wa’afihi, wa’fu anhu…,” bisik Farianda lirih, doa tulus yang meluncur dari bibirnya seraya menatap wajah tenang almarhum Nasrun.
Suaranya nyaris tak terdengar, namun getarannya merambat ke hati siapa pun yang berada di sekitar, menghadirkan suasana yang sarat rasa kehilangan dan cinta kasih dari seorang pemimpin terhadap orang yang selama ini bekerja di balik layar.
Pantauan wartawan menunjukkan betapa mendalam rasa duka yang terpancar dari sosok Farianda.
Ia tidak sekadar hadir secara fisik, tetapi hatinya benar-benar tenggelam dalam suasana duka.
Ia menunduk dalam, menatap lekat wajah almarhum, seolah ingin menyampaikan ribuan kenangan yang pernah terjalin tanpa perlu diucapkan dengan kata.
“Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah almarhum, mengampuni segala khilaf, dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ucap Farianda kemudian kepada keluarga, dengan suara pelan namun tegas, sembari menggenggam tangan kerabat almarhum yang berurai air mata.
Kehadiran Farianda di rumah duka bukanlah formalitas, melainkan wujud penghormatan dan cinta.
Duka ini bukan hanya milik keluarga almarhum, tetapi juga duka mendalam keluarga besar PWI Sumut. Almarhum Nasrun bukan hanya penjaga kantor, tetapi penjaga kehangatan, penjaga nilai, dan penjaga kesetiaan di balik rutinitas organisasi.
Dalam bisu yang menggetarkan, hari itu menjadi saksi bahwa kebaikan akan selalu meninggalkan jejak.
Dan dari bibir seorang ketua yang bersahaja, doa-doa mengalir tulus untuk mengantar kepergian Nasrun dengan kehormatan yang pantas ia terima.(AVID)