JAKARTA | Dalam sepekan terakhir publik tanah air dihebohkan dengan serangan beruntun dari sejumlah politisi senior PDIP, diantaranya Panda Nababan yang tersirat “menyerang” dinasti atau keluarga Presiden Joko Widodo dalam kancah perpolitikan tanah air.
Seperti halnya Panda Nababan yang menyebut Gibran Rakabuming sebagai “anak ingusan” terkait wacana putra sulung Presiden Jokowi itu maju di Pilpres 2024.
Lalu, mantu dari Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang disebut oleh Panda Nababan tidak memiliki prestasi dalam memajukan kota Medan selama menjabat sebagai wali kota. Politisi senior PDIP Said Abdullah yang turut mendukung pernyataan Panda bahwa Bobby jangan antikritik.
Dan yang terbaru adalah pernyataan dari Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) DPP PDIP yang mengelak ketika ditanyakan peluang dukungan PDIP terhadap putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep yang akan diusung oleh PSI sebagai bakal calon wali kota Depok, dimana PDIP mengaku belum mau membicarakan perihal Pilkada.
Melihat sejumlah “serangan” itu, menurut Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie, hal itu menunjukkan adanya urat sarat ketidakharmonisan PDIP dengan Presiden Jokowi terkait pelaksanaan Pilpres.
“Jelas sekali, saya kira ini mulai ada psywar atau perang urat saraf dan civil war perang saudara di PDIP. Dimana PDIP sudah membaca Jokowi mulai main dua kaki dengan Prabowo,” kata Jerry saat dihubungi indopos.co.id, Kamis (6/7/2023).
Menurutnya apa yang disampaikan oleh Panda dan politikus PDIP lainnya bukanlah ucapan pribadi melainkan sudah mewakili suara Megawati, selaku pucuk pimpinan di partai berlambang kepala banteng itu.
Bahkan, jika Presiden Jokowi atau keluarganya tidak menunjukkan cawe-cawenya untuk total mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang diusung oleh PDIP, maka perseteruan itu akan terus terjadi.
“Saya kira ini serangan kesekian kalinya PDIP terhadap keluarga Jokowi baik Gibran dan Bobby. Waktu lalu Gibran pun dihajar PDIP saat bersua Prabowo. Jadi keretakan sebelum pendaftaran capres akan tersaji,” tukasnya.
Meski begitu, lanjut Jerry, serangan PDIP terhadap dinasti Jokowi justru membuka kebobrokan partai itu.
“Udah sejak awal sejak Jokowi membangun dinasti politik disokong PDIP. Dilain sisi, PDIP menyerang Gibran anak ingusan dan Bobby tak ada prestasi ini bak mempermalukan kader mereka sendiri,” cetusnya.
“Bagi saya ini kesalahan fatal PDIP menyerang keluarga Jokowi,” sambungnya.
Atau lanjutnya, Jerry menduga ada sesuatu hal yang ditutupi oleh PDIP dengan memunculkan serangan itu agar menutupi kasus yang kini mendera suami dari Puan Maharani yang diduga ikut terkait dalam puasaran korupsi pengadaan BTS dalam kasus Menkominfo Johny G Plate.
“Tapi ada juga bahasa ‘gimmick politik’ seakan-akan PDIP ini tegas. Indikasi politik lain mencari simpati publik. Yang mungkin saja menutupi kasus BTS yang diduga melibatkan perusahaan miilik suami Puan,” pungkasnya.
Sementara, Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi juga menjelaskan bahwa ketegangan hubungan Mega-Jokowi sudah tersirat di Acara Puncak Bulan Bung Karno di GBK Senayan, Jakarta, (24/7/2023) lalu.
“Sebemarmya Pidato Megawati itu yang menyindir PAN, PKB dan Golkar yang masih pikir-pikir dukung Ganjar Pranowo itu disasarkan kepada Jokowi. Karena loyalitas mereka sebagai tiga partai pendukung pemerintah, dibanding mendukung PDIP,” kata Muslim Arbi kepada Media.
Dia melihat Megawati gelisah, meski pidatonya di acara itu dihiasi canda dan tawa.
“Meski pidatonya terkesan becanda, namun Megawati tentunya khawatir pencapresan Ganjar hanya didukung Hanura dan Perindo yang partai gurem yang tidak punya kursi di DPR. Sedangkan dia bilang ada tiga partai lain, yang tentunya mengarah ke Golkar, PKB dan PAN yang hadir di acara Puncak Bung Karno itu adalah partai besar,” ucap Muslim.
“Jadi, di acara itu masih terbaca, Megawati dan Jokowi ada perang dingin,” sambungnya.
Megawati, kata dia, sudah terlanjur mengusung Ganjar atas desakan dan usulan Jokowi, hingga meninggalkan Puan Maharani yang telah digadang-gadang di internal PDIP.
“Ini pasti bikin Megawati kecewa pada Jokowi, karena tiga partai itu ada di bawah kendali Jokowi,” pungkas Muslim. (ES)