Nasional detik.com- Samarinda Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menggencarkan program deteksi dini hepatitis B bagi ibu hamil sebagai langkah strategis untuk menekan penyebaran penyakit yang menyerang organ hati tersebut.
“Langkah ini merupakan bagian dari upaya komprehensif pemerintah dalam pencegahan dan penanganan hepatitis di wilayah Benua Etam,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim Jaya Mualimin dalam momentum Hari Hepatitis Sedunia di Samarinda, Senin.
Dia menyatakan program deteksi dini menjadi prioritas mengingat tingginya angka temuan kasus pada kelompok rentan ini.
“Dari skrining terhadap 55.000 ibu hamil di Kaltim, kami menemukan sekitar 1.197 diantaranya positif menderita hepatitis B. Ini menjadi perhatian serius bagi kami,” ungkap Jaya.
Ia menjelaskan deteksi dini pada ibu hamil yang dilakukan sejak awal masa kehamilan sangat krusial. Ketika seorang ibu hamil terdiagnosis positif, tim medis dapat segera memberikan penanganan dan pengobatan yang diperlukan.
Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan sang ibu, tetapi juga untuk memutus mata rantai penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
Hepatitis, lanjutnya, merupakan penyakit menular yang dapat berujung pada kondisi kronis bahkan kanker hati.
Ia membedakan beberapa jenis hepatitis, dimana hepatitis A dapat sembuh total, sementara hepatitis B berpotensi menjadi kronis. Ada pula hepatitis C yang erat kaitannya dengan infeksi lain, seperti HIV.
“Kami ingin masyarakat terlindungi dari semua jenis hepatitis. Oleh karena itu, selain deteksi dini, program pencegahan utama adalah melalui vaksinasi,” ucapnya.
Program vaksinasi hepatitis telah menjadi bagian dari 14 imunisasi dasar lengkap yang wajib diberikan kepada balita. Upaya ini telah berjalan sejak lama untuk membangun kekebalan tubuh anak sejak dini.
Selain menyasar balita dan ibu hamil, Pemprov Kaltim juga memperluas jangkauan deteksi dini ke kalangan anak sekolah. Melalui program pemeriksaan kesehatan anak sekolah, deteksi dini hepatitis B kini menjadi salah satu komponen wajib.
Tidak hanya itu, deteksi dini juga menyasar populasi berisiko tinggi lainnya, termasuk para tenaga kesehatan dan individu dengan HIV. Khusus untuk pengidap HIV, kata dia, deteksi dini difokuskan pada hepatitis C, mengingat ko-infeksi kedua virus ini sering terjadi.
“Jaya mualimin mengatakan “Target kami tahun ini adalah melaksanakan deteksi dini hepatitis B dan C hingga menjangkau 96,7 persen dari populasi sasaran. Upaya ini mencakup skrining pada ibu hamil, bayi baru lahir, anak sekolah, hingga kelompok berisiko lainnya.(Tim)