Pokir Harus Dihapuskan? Karena Rentan Terjadinya Penyimpangan & Rawan Dikorupsi

edisupriadi

- Redaksi

Senin, 18 Agustus 2025 - 20:08 WIB

4059 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Nasionaldetik.com,— Pokok-Pokok Pikiran (Pokir) DPRD merupakan instrumen penting untuk menyerap dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah.

Dasar hukumnya termaktub dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah. Namun, meski memiliki landasan hukum yang kuat, pelaksanaannya seringkali rawan penyimpangan dan berpotensi menjadi celah korupsi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penyalahgunaan Pokir terjadi ketika anggota DPRD menyalahgunakan kewenangan mereka untuk kepentingan pribadi, kelompok, atau politik tertentu. Berikut adalah beberapa bentuk penyimpangan yang sering kali muncul:

Intervensi Langsung pada Proyek: Anggota DPRD terlibat langsung dalam menentukan pelaksana atau kontraktor proyek yang didanai dari Pokir. Praktik ini bertentangan dengan prinsip pengadaan barang dan jasa yang seharusnya menjadi kewenangan eksekutif dan dilakukan melalui mekanisme lelang yang transparan.

Pokir sebagai Alat Transaksional: Pokir disalahgunakan sebagai komoditas politik atau ekonomi. Bentuknya dapat berupa permintaan “uang lelah” atau “fee” dari anggota dewan kepada kontraktor. Selain itu, Pokir juga dapat disalurkan hanya kepada kelompok tertentu yang memberikan keuntungan politik atau finansial, mengabaikan kebutuhan masyarakat yang lebih luas.

Baca Juga :  Membangun Desa Bersama Warga, Babinsa Bantu Pengecoran Jalan

Pelanggaran Batasan Kewenangan: Anggota DPRD mengatur hingga detail teknis pelaksanaan kegiatan, padahal seharusnya Pokir hanya berisi usulan program atau kegiatan yang bersifat makro. Proses perencanaan yang lebih teknis seharusnya dibahas bersama dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dan Forum Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Tidak Selaras dengan Prioritas Pembangunan Daerah: Usulan Pokir tidak sinkron atau bahkan bertentangan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan RKPD. Hal ini bisa menyebabkan pembangunan berjalan tidak terarah dan tidak efektif.

Munculnya Pokir “Siluman”: Munculnya usulan kegiatan secara tiba-tiba yang tidak melalui proses perencanaan formal seperti Musrenbang. Kegiatan ini tiba-tiba dimasukkan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tanpa melalui prosedur yang semestinya.

Memaksakan Pokir Masuk APBD: Anggota DPRD menekan pemerintah daerah untuk mengakomodasi usulan Pokir mereka, bahkan dengan ancaman tidak akan menyetujui APBD jika usulan tersebut tidak dimasukkan.

Baca Juga :  Sat Reserse Narkoba Polres Majalengka Ungkap Pelaku Kasus Narkotika Direhabilitasi

Dampak Negatif dari Penyalahgunaan Pokir
Penyalahgunaan Pokir memiliki dampak serius terhadap tata kelola pemerintahan yang baik:

Menurunnya Kualitas Perencanaan Anggaran: Anggaran tidak disusun berdasarkan kebutuhan prioritas, melainkan berdasarkan kepentingan politis.

Risiko Korupsi dan Kegiatan yang Tidak Tepat Sasaran: Alokasi anggaran yang tidak transparan dan tidak melalui prosedur yang benar meningkatkan potensi terjadinya korupsi dan inefisiensi.

Ketimpangan Pembangunan: Program atau proyek hanya terkonsentrasi di wilayah atau kelompok yang memiliki kedekatan politis dengan anggota dewan, sementara wilayah lain terabaikan.

Budaya Politik Transaksional: Praktik ini merusak integritas dan menciptakan budaya politik yang didasarkan pada pertukaran kepentingan, bukan pada pelayanan publik.

Lembaga seperti Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menyoroti potensi korupsi dalam pengelolaan Pokir DPRD. Oleh karena itu, langkah-langkah penguatan pengawasan dan transparansi menjadi sangat krusial untuk memastikan Pokir benar-benar berfungsi sebagai jembatan aspirasi masyarakat, bukan sebagai alat untuk memperkaya diri atau kelompok.

Tim Redaksi Prima

Berita Terkait

Warga Sekadau Pertanyakan Keadilan: “Apakah Negara Hanya Melindungi Penguasa dan Cukong Tambang?
Kasus Ria Norsan Mengendap, LSM MAUNG Soroti Potensi Konflik Kepentingan”
Jaga Jantung Sehat, Dinkes Pacitan Ajak Warga Cegah Serangan Mendadak
Jakarta Darurat Peredaran Obat Keras, APH Tutup Mata, Ketua Umum Elang 3 Hambalang Minta Pemerintah Ambil Sikap
Lanjutkan Misi Perdamaian PBB, 850 Prajurit Garuda Diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo
DPRD Kayong Utara Harus Buktikan Komitmen Anti-Korupsi! : LSM MAUNG Geram Kasus DAK Disdik Mandek
Melawan Perampasan Hak Milik: GPN 08 Soroti Amar Putusan Cacat PN Sintang, Desak Menteri dan MA Intervensi Skandal Lelang
Polda Lampung Resmikan Bedah Rumah Dan Salurkan Bantuan Sosial Dalam Rangka HKGB KE-73

Berita Terkait

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 11:42 WIB

Pengurus BPD Desa Petir, Meminta Bupati Serang Mencari Solusi Terbaik Terkait Hilangnya Dana Desa Petir

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 06:20 WIB

APINDO Gelar Rapat Kerja dan Kukuhkan Dewan Pengurus Kabupaten Serang Priode 2025 – 2030

Jumat, 3 Oktober 2025 - 17:03 WIB

Tokoh Banten, Abuya Muhtadi Beri Dukungan dan Doa kepada Apotek Gama

Kamis, 2 Oktober 2025 - 06:28 WIB

Dugaan Praktek Pungli di SPBU 34.42125 Palima Serang Banten

Rabu, 1 Oktober 2025 - 13:46 WIB

Sidang Perkara Apotik Gama. Keterangan Saksi Dinilai Tidak Ada Yang Menyatakan Keterkaitan Pada Terdakwa

Selasa, 30 September 2025 - 20:40 WIB

Pemkab Serang dan Uni Emirat Arab Jajaki Peluang Kerjasama

Senin, 29 September 2025 - 20:11 WIB

Tokoh Banten Sampaikan Pernyataan Sikap Prihatin Kepada Apotik Gama

Senin, 29 September 2025 - 17:14 WIB

Birokrasi Banten Tersandera Ego Politik, Andra Soni Dinilai Lemah Kendali

Berita Terbaru