LAMONGAN,Jatim,Nasionaldetik.com–
Salah satu tradisi yang sarat ritual dan makna sebagai kearifan lokal, tradisi sedekah bumi di pedesaan merupakan adat istiadat yang masih bertahan hingga sekarang. Padhal prosesi sedekah bumi ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak dari nenek moyang negeri kita.
Di kehidupan masyarakat Lamongan, misalnya, tradisi Sedekah Bumi terus berlangsung dilestarikan. Salah satunya Dusun Bakon, Desa Tlemang, Kecamatan Ngimbang, yang baru saja menggelar Sedekah Bumi, Jumat (20/6/2025) lalu.
Awak media yang mengikuti langsung tradisi ini melihat kesibukan warga Bakon mempersiapkan uborampe berupa sejumlah makanan dan jajanan. Nasi, lauk pauk, jajanan khas desa seperti kucur, rengginang, krupuk puli, tape, krecek, dan beberapa buah-buahan. Semua itu dibungkus dalam wadah yang nantinya dibawa ke lokasi sedekah bumi yakni di makam dusun Bakon.
Setiap warga membawa bekal makanan itu lebih dari satu, sehingga terkumpul ratusan bungkus makanan yang disebut berkat yang akan dibagikan pada warga yang hadir di tempat itu.
Prosesi sedekah bumi Dusun Bakon, diawali pengumpulan berkat, dilanjutkan nyekar (tabur bunga) ke makam para keluarga atau kerabat. Diakhiri dengan Selamatan dan pembagian berkat pada warga pendatang dari desa lain yang hadir yang disebut Mbatak.
“Usai doa dari para pinisepuh, khususnya Modin maka berkat dibagikan terutama pada warga pendatang. Para pe-Mbatak yang hadir. Sisanya baru dibagikan pada warga Bakon,” kata R. Bekel Supriyadi, salah satu tokoh adat di Bakon.
Uniknya sedekah bumi di Bakon ini acara selamatannya berlangsung dua kali. Di makam digelar pagi hari dan di kediaman Kepala Dusun bakda Salat Dhuhur. Prosesinya juga sama, berkat akan dibagikan pada warga yang me-Mbatak. Hanya saja berkat yang terkumpul lebih sedikit jumlahnya dari pada di makam.
Sedangkan prosesi akhir adalah Selamatan Penutup berupa tumpengan yang dipimpin Mbah Polo Raden Harya Mujiono (Kasun), Modin, R Bekel Supriyadi (tokoh adat/RT), dan Arie Sutikno, ST (DPW Mantra Jatim) yang hadir sebagai undangan khusus.
“Selamatan, tumpengan penutup ini sebagai penyempurna ritual sebelumnya, agar semua berjalan lancar, dan semua warga Bakon mendapat keselamatan, kedamaian ayem tentrem dalam kehidupanya, murah sandang pangan dan keluasan rezeki,” jelas Mbah Polo R.H. Mujiono.
Masih menurut, Mbah Polo yang juga merupakan Juru Kunci Makam Mbah (Ki) Buyut Terik ini, bahwa tujuan utama sedekah bumi adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa, jadi jangan diartikan yang lain apalagi negatif.
“Gusti Allah karena telah memberikan bumi tempat kita berpijak dengan segala rezeki berupa hasil bumi, panen yang melimpah ruah, sehingga, rasa syukur kami menggelar ritual sebagai simbol, atau ungkapan terima kasih untuk keberlangsungan juga kebahagiaan hidup,” pungkasnya
(Yuan)