Pacitan, Nasionaldetik.com Warga Pacitan Jawa Timur dikejutkan dengan aksi penyerangan Mapolres Pacitan oleh seorang pria pada Jumat (25/4). Aksi tersebut bermula dari kedatangan seorang pria ke Mapolres untuk melakukan mediasi rekannya yang “berkedok” mengalami peristiwa laka.
Namun situasi berubah karena kesalahpahaman yang membuat pria paruh baya tersebut melakukan penyerangan menggunakan senjata api dan mengancam akan meledakkan Mapolres Pacitan, sembari meneiakkan takbir.
Kejadian anarkis serangan teroris tersebut berhasil diatasi oleh petugas, namun yang cukup mengejutkan pria yang berhasil dibekuk tersebut diduga ex napiter (narapidana teroris). Ketua Umum organisasi Kemasyarakatan Lintas agama, suku dan budaya PNIB, Gus Wal menangapi peristiwa tersebut dengan himbauan kewaspadaan kepada semua pihak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Napiter yang sudah menjalani hukuman ada di sekitar kita. Program deradikalisasi selama di LP sedikit banyak sudah meredam perilaku terorisme namun belum sepenuhnya hilang. Kejadian di Pacitan menjadi pelajaran bagi kita semua akan bahaya terorisme yang tidak bisa dipandang sebelah mata meskipun pelaku sudah menjalani hukuman” kata Gus Wal saat diminta tanggapannya atas peristiwa tersebut.
Meskipun telah kembali ke masyarakat, ex napiter masih berpotensi melakukan aksi terorisme dalam bentuk lain. Jawa Timur dan Indonesia yang hingga beberapa tahun terakhir berstatus zero attack dari terorisme mesti tetap waspada dengan potensi tersembunyi yang bisa terjadi dimanapun dan kapanpun.
“Seseorang yang sudah terafiliasi terorisme kecenderungannya tidak takut mati. Mereka bisa nekat dengan alasan yang sulit kita pahami. Sinergi Densus 88, Polri, TNI dengan BNPT tidak boleh putus untuk tetap memantau pergerakan mereka. Terorisme tidak hanya berbentuk bom bunuh diri, penyerangan aparat dan ancaman menakut-nakuti juga bagian dari teror” lanjut Gus Wal.
Gus Wal dan PNIB senantiasa tidak putus mengingatkan bahaya laten kelompok teroris yang berlatar belakang paham ideologi asing wahabi khilafah terorisme.
“Jaga tetangga, jaga kampung desa lingkungan kita dari bahaya laten khilafah terorisme dengan mewaspadai perilaku tidak lazim pendatang yang tertutup dan anti kebhinekaan. Tidak harus curiga berlebihan, tetapi saling bersinergi menjadi antisipasi dini yang efektif.
Galakkan terus “jihad kebangsaan” dengan memperkuat Moderasi Beragama dan memperkokoh Nasionalisme Kebangsaan, Toleransi Antar Umat beragama dan budaya “NASAB” untuk menangkal masuknya paham ideologi Wahabi Khilafah bibit lahirnya terorisme dan menolak ceramah provokasi kelompok Khilafah, HTI, Wahabi yang menjadi induk semang pelaku terorisme di negeri ini” pesan Gus Wal.
PNIB meminta Pemerintah untuk memperkuat UU Terorisme mengingat semakin massivenya paham ideologi wahabi khilafah dan terorisne di Indonesia, seiring banyaknya para pelaku terorisme yang ditangkap belakangan ini yang masih berada dalam usia produktif, yang memprihatinkan banyak dari generasi milenial dan gen z, terang Gus Wal.
Kami juga meminta kepada seluruh rakyat Indonesia dan semua pihak untuk terus mendukung Densus 88 menumpas dan memberantas habis terorisme sampai ke akar akarnya demi keamanan, keselamatan rakyat dan bangsa, tutup Gus Wal di akhir pernyataannya. (Red)