Woow..!! Patut Di Contoh” kah : Seorang Mubin Cerminkan Ketidakpahaman Demokrasi dan Transparansi

Edi Supriadi

- Redaksi

Selasa, 22 April 2025 - 04:23 WIB

4030 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Lamongan, Nasionaldetik.com – Sebuah video berdurasi lebih dari empat menit kini menjadi sorotan publik dan menyulut perdebatan hangat. Video yang dimotori oleh seorang pria bernama Mubin ini mengangkat narasi yang tak hanya menyesatkan, tetapi juga berpotensi mengancam prinsip dasar jurnalisme dan keterbukaan informasi.
Dalam video tersebut, Selasa (22/04/25)

Mubin mengenalkan dirinya dengan penuh percaya diri, namun tanpa menjelaskan kapasitasnya dalam struktur pemerintahan desa. Ia membuat klaim serius bahwa laporan dari media maupun LSM menjadi penyebab utama terhambatnya pembangunan desa. Tuduhan ini tidak hanya menyudutkan peran media, tetapi juga mengaburkan realitas bahwa setiap pengelolaan dana rakyat harus transparan dan dapat diawasi oleh publik.

Yang lebih mengejutkan, Mubin berani menuduh bahwa aparat penegak hukum terlibat dalam praktik transaksional menyimpang. Dengan nada sembrono, ia bahkan menyebutkan ajakan untuk masyarakat turun langsung ke Polres Lamongan pada 25 April—sebuah langkah yang lebih terlihat sebagai provokasi daripada upaya membangun dialog konstruktif.

Narasi ini mencerminkan ketidakpahaman mendasar tentang esensi demokrasi. Media sebagai pilar keempat demokrasi memiliki tanggung jawab untuk menjalankan fungsi kontrol sosial. Pembangunan desa yang menyentuh uang rakyat otomatis menjadi wilayah terbuka untuk kritik dan pengawasan. Tuduhan bahwa laporan media menghambat pembangunan adalah sebuah simplifikasi yang menyesatkan.

Baca Juga :  BEM Sekota Pekanbaru dan Polda Riau Bantu Korban Banjir di Kampung Nelayan

Jika kepala desa, perangkat, atau kelompok masyarakat merasa difitnah, jalur hukum selalu tersedia. Namun, menggertak atau mendiskreditkan peran jurnalisme hanya akan memperkuat persepsi bahwa ada sesuatu yang ingin disembunyikan. Sebaliknya, transparansi adalah solusi terbaik untuk membangun kepercayaan publik.

Serangan terhadap media tidak hanya menunjukkan ketidakpahaman akan pentingnya keterbukaan, tetapi juga menegaskan adanya pola pikir yang ingin membungkam kritik. Kritik bukan musuh pembangunan; justru kritik adalah bagian dari upaya bersama untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas yang lebih baik.

Jadi kepada mereka yang merasa terganggu oleh pengawasan publik, ingatlah satu hal: kalau bersih, kenapa harus risih?

Penulis : Tim Redaksi

Berita Terkait

Warga Amankan Pria Diduga Akan Curi Motor di Pasar Warujayeng
Jalin Persatuan, Kapolres Nganjuk Gelar Sarasehan Kamtibmas Bersama Ketua Perguruan Silat
Woow..!! Meriah dan Penuh Makna, Halal Bihalal dan HUT ke-32 SMK PGRI Malang Digelar di Halaman Sekolah
Kasus Pemerkosaan oleh Oknum Polisi di Pacitan: Tuntutan Keadilan dan Akuntabilitas
Bupati Tulungagung Salurkan BLT-DD Tahap II dan Tinjau Pembangunan Desa Ngranti
Apel Pagi, Kapolres Tekankan Legalitas Usaha, Mental Tugas, dan Investasi Cerdas
Kapolres Nganjuk Lakukan Cek Fasilitas Dinas, Pastikan Kesiapan Polsek Jajaran
Patroli SREG Digelar, Ciptakan Kondisi Aman Libur Panjang di Nganjuk