Oleh : Gilang
Spesial Redaksi Nasional detik com
Nasional detik.com , Tasikmalaya – “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad-Dukhon: 3).
Malam penuh keberkahan dimaksudkan adalah Lailatulqadar. Ayat ini menunjukkan bahwa malam Lailatulqadar memiliki keistimewaan tersendiri.
Mengutip laman resmi NU, yang dimaksud malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa dan mulia bagi Al-Quran. Hal itu disebabkan karena pada malam ini lah Al-Quran pertama kali diturunkan oleh Allah SWT dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia.
Dalam penjelasan serta merujuk dari *Kitab Kuning* yang dimaksud keutamaan Lailatul Qadar, biasanya terselip juga cerita-cerita legenda orang di masa lampau yang dianggap super hebat. Namun uniknya, di balik penuturan cerita-cerita dari orang hebat itu, justru terselip kesan bahwa legenda itu selalu dipandang sebelah mata dan tak ada apa-apanya dibandingkan Lailatul Qadar.
Seperti dalam cerita Samun al-Ghazi –yang lebih populer di dunia Barat dengan sebutan Samson. Kenapa fia dijuluki “al-Ghazi karena”, karena sepanjang hidupnya dilalui dengan berperang dan menaklukkan lawan, tanpa terkalahkan.
Yang jelas dalam cerita tersebut, tak satupun lawannya dapat menandingi keperkasaan, tokoh Samun al-Ghazi.
Al-Ghazi, kesehariannya selalu menghabiskan waktu siangnya untuk berperang dan malam harinya dimanfaatkan untuk melaksanakan qiyamul-lail (ibadah malam). Masa hidup Dia setara dengan masa 1000 bulan atau usianya mencapai 83 tahun
Menurut kitab Durrat an-Nashihin, kemuliaan dan kehebatan sosok Samun al-Ghazali, tak seberapanya, bila dibandingkan dengan keutamaan ummat Nabi Muhammad Saw yang menghidupkan malam Lailatul Qadar.(Mengutip laman Kementerian Agama Republik Indonesia).
Sedangkan menurut Prof. Dr. kH. Buya Syakur Yasin, mengatakan bahwa makna Lailatul Qadar yang sebenarnya adalah bagaimana kita dalam menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Tuhan. Jika kita hanya berharap kemuliaan pada suatu malam tersebut, beribadah dengan rajin hanya karna mengetahui akan kemuliaan serta apa yang menguntungkan di hidup kita, tentunya tak akan ada maknanya kita menjalankan suatu ibadah.
Tak perlu mengira – ngira kedatangan malam tersebut. Mau awal Ramadhan, akhir Ramadhan, tanggal-tanggal ganjil bulan Ramadhan, terserah Tuhan mau menurunkan malam Lailatul Qadar kapan saja. Kita sebagai umatnya, lebih baik mempersiapkan kedatangan malam tersebut dari awal puasa sampai akhir puasa, dan terus menjaga keistiqomahan dalam setiap menjalankan ibadah kepada Allah SWT”.
Lebih jauh lagi, Buya Syakur Yasin mengatakan bahwa makna Lailatul Qadar yang sebenarnya adalah bagaimana kita dalam menjaga keistiqomahan dalam beribadah kepada Tuhan. Jika kita hanya berharap kemuliaan pada suatu malam tersebut, beribadah dengan rajin hanya karna mengetahui akan kemuliaan serta apa yang menguntungkan di hidup kita, tentunya tak akan ada maknanya kita menjalankan suatu ibadah.
Buya Syakur Yasin menjelaskan artian tentang malaikat Jibril yang memberikan wahyu kepada Nabi dengan seruan ” Iqra ! ” sebenarnya bukan menyuruh untuk “membaca” melainkan untuk “belajar” dengan kata lain mencerdaskan umat.
Hal ini sejalan dengan pengertian Lailatul Qadar yang memberikan perubahan total dalam perjalanan hidup Nabi serta perjalanan hidup umat manusia. Singkatnya, dengan belajar maka sumber daya manusia akan mengalami peningkatan, sehingga memberikan dampak perubahan kepada setiap manusia ke arah yang lebih baik.
Penulis: Gilang
Sumber : referensi berbagai literatur pengetahuan Islam dan Pustaka Pribadi