Tulungagung, Nasionaldetik. com – Malam penuh makna menyelimuti Kabupaten Tulungagung saat Bupati Gatut Sunu Wibowo beserta keluarga menjalani prosesi adat Jawa yang sakral, Boyongan Ndalem Keprabon. Tradisi ini menandai perpindahan kediaman resmi bupati dari Desa Gondang, Kecamatan Bandung, menuju Pendopo Kongso Arum Kusumaning Bongso, yang menjadi simbol pengabdian bagi seluruh rakyat Tulungagung.
Iring-iringan warga, tokoh masyarakat, dan Sanan Kadang dalam balutan busana adat Jawa yang anggun mengiringi perjalanan sang bupati. Dengan penuh khidmat, rombongan menyusuri jalan menuju pendopo, diiringi lantunan Gending Jawa yang menggambarkan filosofi mendalam tentang transisi kehidupan dan tanggung jawab kepemimpinan. Tak sekadar pindah tempat tinggal, Boyongan menjadi simbol kesiapan Bupati Gatut Sunu dalam mengemban amanah besar demi kemajuan Tulungagung.
Dalam prosesi ini, berbagai perlengkapan rumah tangga seperti bantal, guling, dan perabotan sederhana turut diarak, melambangkan perpindahan fisik yang berpadu dengan keikhlasan dan tanggung jawab batiniah. Keberangkatan Bupati Tulungagung ke pendopo juga dihadiri oleh Wakil Bupati Ahmad Baharudin, Sekretaris Daerah Tri Hariadi, para kepala OPD, tokoh agama, serta pelaku bisnis, semuanya tampil serasi dengan busana batik lengan panjang sebagai wujud kebersamaan dan harmoni.
Sesampainya di Pendopo Kongso Arum Kusumaning Bongso, Bupati Gatut Sunu Wibowo menyampaikan pidato penuh makna. Ia menegaskan bahwa pendopo bukan sekadar rumah dinas, melainkan rumah kebersamaan bagi seluruh rakyat Tulungagung. “Boyongan ini bukan sekadar perpindahan tempat tinggal, tetapi juga transisi menuju pengabdian yang lebih besar,” tuturnya.
Bupati juga menyampaikan permohonan maaf jika selama masa kepemimpinannya ada pelayanan yang kurang memuaskan. Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya prosesi ini dan berharap kebersamaan ini dapat mempererat tali silaturahmi demi mewujudkan Tulungagung yang lebih sejahtera dan maju.
Acara ditutup dengan tasyakuran, doa bersama, dan kembul bujono atau makan bersama dalam suasana penuh kehangatan. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen sakral bagi pemimpin daerah, tetapi juga menegaskan nilai-nilai luhur budaya Jawa, seperti gotong royong, kebersamaan, dan keseimbangan lahir batin.
Dengan prosesi Boyongan Ndalem Keprabon ini, semangat baru untuk membangun Tulungagung semakin berkobar, membawa harapan bagi masyarakat untuk masa depan yang lebih gemilang.
Penulis : (Evan)