MEDAN
Hidup manusia memang penuh dengan lika-liku. Ada yang terjatuh dalam gelapnya dunia, namun ada pula yang menemukan jalan kembali ke cahaya.
Kisah Fajar Yahya (43), seorang mantan pelaku kriminal dan pecandu narkoba ini, menjadi bukti nyata bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah.
Sejak usia remaja, dunia kejahatan menjadi bagian dari hidup Fajar. Pencurian sepeda motor (Curanmor) bukan sekadar aksi sesekali, tetapi telah menjadi pekerjaannya sehari-hari.
Sementara itu, minuman keras dan narkoba menjadi teman setianya.
Bertahun-tahun ia terperangkap dalam lingkaran kejahatan, keluar-masuk penjara hingga empat kali.
Hukuman yang dijalani pun tak cukup membuatnya jera. Baginya, kejahatan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan gaya hidup.
Namun, sebuah peristiwa pada tahun 2021 menjadi titik balik dalam hidupnya.
Saat itu, ia tiba-tiba jatuh di kamar mandi dan muntah darah. Tubuhnya tergeletak tak berdaya, nyaris kehilangan nyawa jika tidak segera ditolong oleh tetangganya.
Dalam kondisi itu, Fajar mulai merenungi hidupnya—apakah ia akan terus terjebak dalam dunia yang kelam, ataukah ada kesempatan untuk berubah?
Kesadaran itu datang seperti kilatan cahaya. Dari seseorang yang tak pernah mengenal masjid, ia kini menjadikan masjid sebagai rumah keduanya.
Setiap hari, ia menghabiskan waktunya di Masjid Taqwa Jalan Setia Budi Tanjung Rejo dan kini di Masjid Al Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan. Bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga membangun kehidupan baru yang lebih bermakna.
“Saya dulu menjalani hidup yang sia-sia, penuh maksiat dan dosa. Tapi Allah masih memberi saya kesempatan untuk berubah,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Tidak mudah bagi Fajar untuk bangkit. Ia harus meninggalkan dunia lamanya dan mencari nafkah dengan cara yang halal.
Beruntung, seorang teman pedagang Grobak Warkop di Jalan Setia Budi membimbingnya untuk berwirausaha berdagang kacang tojin keliling dan levelansir bahan material bangunan.
Kini, Fajar menjalankan usaha kecil tersebut bersama pendamping hidupnya Anna. Tidak besar, tetapi cukup untuk menghidupi wanita yang disayanginya dan keempat anaknya.
Yang terpenting, semua itu diperoleh dengan keringat sendiri, tanpa harus melakukan kejahatan atau bergantung pada barang haram untuk mendapatkan materi secara instan.
Baginya, masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga “kantor” yang penuh berkah. Dari masjid inilah ia menemukan ketenangan, mendapatkan rezeki, dan membangun harapan baru.
“Alhamdulillah, sekarang saya bisa menghidupi keluarga dengan uang halal. Anak saya empat laki-laki, semoga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang sholeh dan tidak mengikuti jejak kelam saya di masa lalu,” ungkapnya penuh harap.
Kisah hijrah Fajar Yahya adalah bukti bahwa tak ada kata terlambat untuk berubah. Kesalahan masa lalu bukanlah akhir dari segalanya.
Selama ada niat, tekad, dan pertolongan dari orang-orang baik, setiap orang memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjalani hidup yang lebih baik.
Fajar Yahya kini bukan lagi pelaku kejahatan yang diburu aparat hukum, bukan lagi pecandu yang terjebak dalam lingkaran gelap.
Ia adalah seorang ayah, seorang pekerja keras, dan seorang insan yang menemukan jalan kembali ke Tuhan. (red)
Poto : istimewa