Nasionaldetik.com , Tulungagung – Seiring terjadinya perdamaian dengan pihak Belanda, rumah sakit dikembalikan di dalam kota Tulungagung dan tetap di bawah kepemimpinan dr. Iskak. Tantangan dan hambatan untuk mengelola rumah sakit bermunculan. Di antaranya keterbatasan dana, sarana dan prasarana.
Dalam kurun waktu satu tahun, rumah sakit ini mendapatkan droping dana satu kali. Sedangkan kekurangannya harus diupayakan oleh pihak rumah sakit.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk mensiasatinya, dr. Iskak dan kawan-kawan mengadakan kerjasama dengan masyarakat sekitar rumah sakit untuk bercocok tanam. Mereka bercocok tanam padi dan jagung dengan sistem tumpangsari pada lahan 10 hektar atas seizin bupati. Hal ini guna memenuhi kebutuhan pasien dan mencukupi pangan karyawan rumah sakit. Melalui terobosan yang dilakukan dr. Iskak, kebutuhan rumah sakit dan kebutuhan pangan karyawan yang berjumlah 200 orang dapat teratasi.
Sementara untuk mendapatkan protein, pihak rumah sakit mengadakan penyembelihan sapi sendiri. Sebagian daging sapi untuk lauk pauk pasien, sisanya dijual ke masyarakat. Sedangkan untuk tambahan keuangan, pimpinan beserta pegawai rumah sakit secara gotong royong menciptakan home industry, yakni membuat sabun yang bahannya dari abu dan minyak kelapa.
dr. Iskak juga sosok yang sangat peduli dengan rakyat kecil. Hal itu tercermin dari kebijakannya yang membebaskan biaya berobat untuk masyarakat tidak mampu, termasuk tukang becak. Selain tukang becak, polisi dan tentara juga gratis setiap kali berobat.
Ia juga sangat disiplin dalam mengelola rumah sakit. Termasuk penyimpanan anak kunci rumah sakit.Anak kunci harus diletakkan di tempat yang telah disediakan. Pernah suatu hari salah satu karyawan rumah sakit mengantongi anak kunci tersebut. Begitu ketahuan oleh dr. Iskak, karyawan itu mendapat hukuman berupa memakai jas dokter selama jam kerja. Hukuman yang unik dan tanpa unsur kekerasan.
Pada 13 Maret 1970, dr. Iskak terpaksa meninggalkan rumah sakit Tulungagung karena mendapat tugas baru sebagai pengawas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Sembilan tahun kemudian, tepatnya 29 Oktober 1979 dr. Iskak menghembuskan nafas terakhir. Beliau merupakan salah satu putra terbaik Tulungagung. Karena jasa-jasanya yang besar,Kodim 0807 Tulungagung menginginkan jenazah dr. Iskak untuk dimakamkan di Taman Makam PahlawanRejoagung. Namun seluruh keluarga memohon agar jasadnya dikebumikan di TPU di Kelurahan Botoran.
Selanjutnya, nama dr. Iskak diabadikan sebagai nama rumah sakit daerah Tulungagung dengan Keputusan Bupati Tulungagung Nomor 945 tahun 2001 tanggal 9 Nopember 2001 tentang pemberian nama rumah sakit dr. Iskak.
Pemberian nama itu dilakukan dengan pertimbangan:
1. Dokter Iskak merupakan salah satu tokoh pejuang yang mempunyai andil besar dalam perjuangannya merebut kemerdekaan
2. Dokter pemerintah yang pertama kali diserahi tugas memimpin rumah sakit oleh Bupati Tulungagung, R. Moechtar Prabu Mangkunegoro
3. Peran dr. Iskak dalam memajukan rumah sakit, mulai zaman revolusi hingga kemerdekaan
4. Dokter Iskak putra kelahiran asli daerah Tulungagung yang mengabdi di Tulungagung
5. Dokter Iskak sangat terkenal di wilayah Kabupaten Tulungagung, sehingga dengan memakai nama dr. Iskak diharapkan rumah sakit ini akan lebih memasyarakat (HUMAS/KAR)
Penulis : Evan
Pimred : Edi uban