Perjuangan Dokter Iskak, Dari RumahSakit Hingga Medan Pertempuran

Edi Supriadi

- Redaksi

Rabu, 20 November 2024 - 18:32 WIB

40133 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Nasionaldetik.com , TULUNGAGUNG – Perjuangan Dokter Iskak, Dari RumahSakit Hingga Medan Pertempuran
Kebesaran institusi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Iskak Tulungagung telah dikenal luas di tanah air. Rumah sakit ini menjadi ikon pelayanan kesehatan terbaik yang banyak diadopsi rumah sakit di Indonesia.

Meski bukan berada di kota besar dan berstatus rumah sakit pemerintah atau plat merah, RSUD dr. Iskak menjadi rujukan pelayanan kesehatan di Jawa Timur bagian Selatan dengan segudang pencapaian tingkat nasional dan internasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jauh sebelum rumah sakit ini moncer, perjuangan seluruh civitas hospitalia di dalamnya dilalui penuh onak dan duri. Termasuk perjuangan para pendahulu yang merintis berdirinya rumah sakit ini.

Dari sederet perintis rumah sakit ini, salah satu yang terkenal adalah dr. Iskak. Ia adalah pemimpin keenam di rumah sakit ini, yang namanya diabadikan menjadi nama rumah sakit hingga sekarang.

Lahir di Tulungagung pada 19 April 1913, Iskak merupakan putra kedua (dari empat bersaudara) pasangan Moenandar dengan Askamah. Sejak kecil ia diasuh oleh kakak ayahnya, Abdoel Moentalib yang tidak memiliki putra kandung. Meski terpisah, rumah Moenandar dengan Abdoel Moentalib hanya beberapa puluh meter saja.

Masa kecil Iskak dihabiskan untuk dua hal, yakni belajar membantu ayah angkatnya, Abdoel Moentalib yang merupakan pengusaha batik tulis di Jl dr Soetomo (sekarang Rumah Makan Bima)Tulungagung. Iskak kecil sangat disayang oleh Abdoel Moentalib maupun Moenandar, yang juga pengusaha batik tulis.

Baca Juga :  Peringati Hari Bela Negara 2024, Kodim Tulungagung Gelar Upacara

Hal itu karena ia sangat pintar mengambil hati orangtuanya. Iskak juga pintar dalam ilmu pelajaran di Sekolah Rakyat (SR).

Kesukaannya sejak kecil dalah berkuda. Pernah ia terjatuh hingga memar-memar saat berkuda dengan kakaknya, Markani yang saat itu menjadi guru. Abdoel Moentalib pun marah kepada Markani yang dianggap lalai dalam mengasuh dan mengawasi adiknya.

Selepas SR, Iskak melanjutkan pendidikan hingga jenjang Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta, dan menyandang gelar dokter pada Agustus 1943. Saat itu usianya sekitar 30 tahun. Begitu lulus ia bekerja di bagian interne RSUP Jakarta hingga Oktober 1943.

Pada November 1943 hingga Agustus 1945 ia pindah kerja di Rumah Sakit Tentara Jepang (Rikugun Byoin) Magelang. Di rumah sakit itu hanya ada dua dokter yang orang Indonesia, yakni dr. Iskak dan dr. Harjono. Lainnya merupakan dokter asal Jepang. Maklum, saat itu Indonesia sedang dijajah Jepang.

Berkecamuknya perang kemerdekaan menggugah jiwa nasionalisme Iskak muda. Bersama pemuda Indonesia lain, dr. Iskak ikut berperang mengusir Jepang dari bumi Indonesia.

Hingga akhirnya, Soekarno-Hatta mengumandangkan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 1945. Setelah Indonesia merdeka, dr. Iskak bekerja di lingkungan ABRI dengan pangkat Mayor Kesehatan. Pada September 1945 ia bertugas di Tulungagung. Saat itu ia juga sempat terlibat pertempuran di Surabaya.

Baca Juga :  Rayakan HUT Ke-64 Kostrad Dengan Syukuran Sederhana Dan Penuh Makna

Saat itu dirinya bersama pasukan yang dipimpin Mayor Singgih, bagian dari Resimen Kediri di bawah komando Kolonel R Soerachmad, mendapat tugas untuk menghadapi ultimatum pasukan Sekutu.

Pasukan berangkat pada 9 November 1945. Mereka bertempur di seputar Petemon, Surabaya. Pertempuran Surabaya yang kemudian dikenal sebagai Hari Pahlawan dimenangkan pejuang tanah air.

Usai pertempuran yang heroik itu, dr. Iskak dipindahkan ke Resimen 16 Kediri. Sesuai bidangnya, dr. Iskak bekerja sebagai dokter di resimen tersebut. Tepatnya menjabat wakil Kepala Kesehatan Resimen 16 Kediri.

Masih dalam suasana kemerdekaan, dr. Iskak menyunting RA Soedjiati, seorang gadis kelahiran Jogjakarta yang bertugas sebagai guru Bahasa Inggris di Tulungagung. Perkenalan keduanya terjadi karena guru bahasa Inggris yang ayu itu indekost di rumah dr. Chusain, di Kelurahan Kepatihan. Antara dr Chusain dengan dr. Iskak berteman akrab.

Pada akhir bulan Desember tahun 1948, Bupati Tulungagung R. Moechtar Prabu Mangkunegoro pertama kali menunjuk dr. Iskak menjadi pimpinan rumah sakit, yang kala itu sedang diungsikan keluar kota. Selama tahun 1949

Penulis : Evan

Pimred : Edi uban

Berita Terkait

DPP ALOI (Asosiasi Legal Officer Indonesia) Mengadakan Pelatihan Legal Officer pada Selasa 24 juni 2025 di Zoom Meeting Education secara Online untuk bagian Jawa Timur dan Jawa Tengah
Sedekah Bumi di Dusun Bakon Desa Tlemang,Ngimbang,Lamongan Sebagai Makna Kearifan Lokal
Sambut HUT Bhayangkara ke-79 Tahun 2025, Polres Jombang Kunjungi Anggota Yang Sakit, Purna Polri dan Warakawuri
Warga Jatirejo Manfaatkan Lahan Pekarangan, Polres Nganjuk Dukung Ketahanan Pangan Lokal
Integritas Personel Jadi Fokus, Bidpropam Polda Jatim Gelar Mitigasi di Polres Nganjuk
Beberapa Ruas Jalan Desa Waung Tulungagung Perlu Penanganan Cepat Dari Dinas Terkait
Estafet Kepemimpinan Yonkav 8 Kostrad: Momentum Prestisius untuk Regenerasi dan Sinergi Baru
Perkuat Sinergi, Kapolres Nganjuk Gelar Silaturahmi Kamtibmas di Kecamatan Tanjunganom dan Prambon