Brebes//nasionaldetik.com – Kebencanaan adalah urusan bersama, untuk itu seluruh unsur Pentahelix seperti pemerintah, dunia usaha, masyarakat/komunitas, akademisi, dan media turut serta dalam penanganan bencana. Hal ini terwujud salah satunya melalui Pelatihan Peningkatan Kapasitas Relawan Kebencanaan Kabupaten Brebes, Obyek Wisata Pasir Gibug, Desa Penanggapan, Banjarharjo, Brebes, Kamis (22/8/2024).
“Relawan, harus memiliki kapasitas yang memadai sehingga tatkala terjadi bencana telah memiliki ketangkasan yang bagus,” ujar Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes Nushy Mansur di sela pelatihan.
Peningkatan kapasitas ini, lanjut Nushy, merupakan salah satu bentuk pengurangan resiko bencana yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan. Dengan tujuan agar ada peningkatan kapasitas SDM relawan di bidang kebencanaan serta peningkatan kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana.
Kata Nushy, pelatihan diikuti sebanyak 70 orang peserta yang berasal dari 15 komunitas relawan se Kabupaten Brebes. Mereka digembleng selama dua hari dengan materi pelatihan yang dibagi dalam beberapa klaster, yakni Klaster Kesehatan, pencarian dan pertolongan, klaster pengungsian, dan klister data dan informasi.
Kepada warga Masyarakat, Nushy berharap agar selalu waspada terutama di musim kemarau ini adanya kemungkinan kebakaran dan kekeringan. Jangan sampai membuang puntung rokok sembarangan di area tumpukan sampah, lahan kering, maupun hutan.
“Di sekitar jalan tol, juga jangan sampai ada api yang membakar semak-semak karena sangat membahayakan pengguna jalan tol, bila terjadi kepulan asap tebal di jalan tol,” tutur Nushy mengingatkan.
Asisten I Sekda Brebes Khaerul Abidin saat membuka acara menandaskan pentingnya peningkatan kapasitas relawan. Sebab Kabupaten Brebes merupakan wilayah yang memiliki berbagai potensi bencana, mulai dari banjir, tanah longsor, hingga kebakaran hutan dan lahan. Oleh karena itu, peran para relawan dalam penanggulangan bencana sangatlah vital.
“Relawan adalah ujung tombak di garis terdepan yang tidak hanya memberikan bantuan fisik, tetapi juga memberikan dukungan moral dan psikologis kepada masyarakat yang terdampak bencana,” tutur Khaerul.
Namun, perlu disadari bahwa semangat relawan saja tidak cukup. Diperlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang tepat untuk dapat menghadapi berbagai situasi darurat dengan efektif dan efisien. Untuk itu, pelatihan ini sangat penting dan bukan hanya sebagai sarana untuk meningkatkan kapasitas teknis, tetapi juga untuk memperkuat koordinasi, komunikasi, dan kerja sama antar relawan serta dengan instansi terkait lainnya.
“Penanggulangan bencana harus dalam hitungan menit, dalam artian jangan sampai terlambat. Penanggulangan maupun penanganan harus tepat, cepat, bertanggung jawab dan tuntas,” pungkasnya.
Salah seorang peserta, Adhe Utami mengaku senang mengikuti peningkatan kapasitas relawan. Karena bisa menambah ilmu tentang kebencanaan dan semakin mantap sebagai bekal terjun ke medan bencana.
“Kalau tidak memiliki kapasitas, maka dalam melakukan kegiatan pun akan canggung, dan tidak profesional. Dengan bertambahnya ilmu, semoga semakin yakin melakukan tugas-tugas kemanusiaan,” ungkap Adhe relawan dari Sirampog ini.( AG )