PNIB : Stop Impor Beras, Berdayakan Petani Lokal yang Sudah Lelah Menjerit, Pecat Mentan & Mendag Hobby Sengsarakan Rakyat

Edi Supriadi

- Redaksi

Sabtu, 22 Juni 2024 - 12:27 WIB

40213 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Nasionaldetik.com , jombang – Indonesia sebagai negara agraris sepertinya sudah tinggal kenangan. Persoalan pertanian dan pangan kita sudah bergantung kepada negara lain dengan kebijakan impor. Salah satunya komoditi beras yang menjadi makanan pokok rakyat Indonesia.

Tata kelola pertanian khususnya beras yang tidak dikembangkan dengan seksama menjadikan pasokan stok pangan menjadi minus. Hasil panen beras petani lokal tidak mampu memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang tinggi, alhasil stok beras dipenuhi dari pasokan impor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Jika persoalan pangan selalu diatasi dengan impor, maka petani lokal semakin merana. Stok beras impor melimpah otomatis harga beli gabah panen petani lokal jadi murah. Sementara petani harus menanggung hutang pupuk yang harganya melangit. Nasib petani lokal ibarat hidup segan mati tak mau” ungkap Gus Wal selaku Ketua Umum ormas Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) kepada awak media menanggap persoalan impor beras.

Kebijakan Kementrian Pertanian yang cenderung tidak berpihak kepada petani lokal sudah sering dikeluhkan para petani. Praktik tengkulak masih sering terjadi seolah menjadi bagian dari birokrasi kementrian. Distribusi pupuk yang dimonopoli pihak tertentu menjadikan petani kesulitan meningkatkan hasil panennya.

Baca Juga :  Jalin Silaturahmi Kamtibmas, Bhabinkamtibmas Polsek Cikijing Sambangi Warga Binaannya

“Menteri Pertaniannya ketangkap KPK menjadi bukti ketidak becusan ngurus pertanian. Berlanjut ke Menteri Perdagangan yang hobby impor yang terlihat juga amburadul. Masyarakat sudah paham kalau praktik impor itu bisnis rente, semakin banyak impor makin banyak biaya siluman yang dikeluarkan dan pada akhirnya harga yang sampai ke masyarakat sudah termasuk bonus membayar rente juga. Ini menjadi PR besar bagi pemerintah, bagaimana berpihak kepada rakyat itu kewajiban bukan pilihan” lanjut Gus Wal membuka fakta yang terjadi di tengah masyarakat.

PNIB menjadi ormas yang konsisten membela kepentingan rakyat, lintas golongan, Agama dan kebhinekaan demi tetap tegakknya NKRI di tengah gempuran persaingan global. Bagi PNIB rakyat itu asset negara bukan komoditas yang bisa dipermainkan oleh pihak-pihak tertentu.
PNIB Berharap Pemerintah saat ini sesegera mungkin memecat Menteri Pertanian Amran Sulaiman Dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang selama menjabat bukan melayani dan memakmurkan rakyat namun kebijakanya membuat rakyat menjadi semakin menderita dengan semakin mahalnya sembako dan kebutuhan pangan lainya, ironis negara agraris namun pangan mahal dan bergantung dengan import, semoga Pemerintahan selanjutnya juga tak memasukkan 2 nama tersebut kedalam daftar menterinya oktober mendatang, terang Gus Wal.

Baca Juga :  Gugus Tugas Indonesia Raya siap bersinergi dengan TNI/POLRI dan Pemkab Rohul

“PNIB selain konsisten melawan khilafah, Wahabi, radikalisme dan terorisme juga konsen pada persoalan masyarakat. Mereka yang mengeluh tetapi tidak bisa berbuat apa-apa menjadi upaya PNIB menyuarakan kegelisahannya. Ini murni suara dari kampung, desa, pasar yang setiap hari kita dengar dan prihatinkan. Para penentu kebijakan seharusnya mendengar apa yang sebenarnya terjadi bukan dari laporan bawahan yang selalu bernada ABS (Asal Bapak Senang : Red). Rakyat adalah pemilik sah negeri ini yang harus diperhatikan, bukan milik para pejabat yang mengambil kebijakan dari belakang meja dan ruangan mewah. Stop impor beras, berdayakan petani lokal untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Ajari mereka teknologi pertanian yang efisien dan fasilitasi pupuk secara merata. Anggaran impor lebih baik dialokasikan untuk petani daripada diserahkan pada mafia impor. PNIB setia bersama rakyat dalam kondisi apapun demi Indonesia yang bermartabat dan berkeadilan” Stop Impor Beras, Stop Import Dai Provokator dari luar negeri, Stop Persebaran Wahabi Khilafah Cikal bakal Intoleransi Separatisme Radikalisme Terorisme,”pungkas Gus Wal di akhir pernyataannya.

Penulis : Gus wal

Pimred : Edi uban

Editor : Yuan / Tambunan

 

Berita Terkait

Pembagian Bantuan Beras Warga Kedungotok Gruduk Balai Desa
Grand Opening Sanggar Sekaring Jati Putro di desa Jatiduwur kecamatan Kesamben kabupaten Jombang Jawa Timur Senin 21 Juli 2025.
Penangkapan Terduga Teroris di Rumpin Bogor, PNIB : Terima Kasih Densus 88, Tanpa Lelah Totalitas Jaga Indonesia dari Terorisme
Turnamen Open Catur Percasi Kabupaten Jombang 2025
PNIB : Provokator Aksi Intoleransi dan Pelarangan Beribadah di Sukabumi adalah Pelaku Kriminal, Usut dan Tangkap
PNIB : JasMerah JasHijau Jangan Hapus Catatan Sejarah, Baik Buruknya Menjadi Proses Menjadi Indonesia Seutuhnya
selamat dan sukses atas pelaksanaan Musyawarah Kerja Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama (MWC NU) Tembelang tahun 2025
642 Personel Polres Kendal Siap Kawal Pemungutan Suara Pilkada 2024

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 00:22 WIB

Kapolres Tanah Karo Tegas: Jangan Buka Lahan dengan Membakar, Saatnya Beralih ke Teknologi

Selasa, 29 Juli 2025 - 00:10 WIB

Polsek Juhar Hadiri Pelatihan BUMDes: Dorong Desa Juhar Ginting Jadi Mandiri dan Maju

Senin, 28 Juli 2025 - 23:47 WIB

Seorang Wiraswasta di Berastagi, Ditangkap di Kamar Kos Diduga Simpan Sabu

Minggu, 27 Juli 2025 - 20:40 WIB

Polres Tanah Karo Intensifkan Patroli Dini Hari, Cegah 3C dan Balap Liar di Kota Kabanjahe

Minggu, 27 Juli 2025 - 20:36 WIB

Satlantas Polres Tanah Karo: Helm Bukan Aksesoris, Tapi Pelindung Nyawa

Minggu, 27 Juli 2025 - 20:32 WIB

Bukan Musim, Tapi Kelalaian — Kapolres Tanah Karo Soroti Penyebab Karhutla

Minggu, 27 Juli 2025 - 20:28 WIB

Diduga Miliki Narkotika, Pria Asal Desa Raya Diamankan Polisi di Kamar Kos

Sabtu, 26 Juli 2025 - 23:14 WIB

Satlantas Polres Tanah Karo Tegaskan: Anak di Bawah Umur Bukan Untuk Di Jalan

Berita Terbaru