Indramayu, Nasionaldetik.com –
Begitu banyak masalah yang merundung Ibu Pertiwi kita dewasa ini. Mulai dari aspek politik, ekonomi, sosial, maupun budaya tak luput dari permasalahan. Ironis memang, di negeri yang kaya akan sumber daya alam ini masih saja banyak ditemui kebobrokan moral masyarakatnya.
Sebut saja, kasus korupsi yang selalu menghiasi berita-berita di media, kasus kriminalitas yang makin merajalela, dan masih banyak lagi orang yang tidak punya malu terkait pelanggaran norma dan etika.”
Dari rentetan masalah tersebut sebenarnya hanya ada satu akar masalah, yaitu lunturnya “budaya malu” kita.
Memang, di era yang semakin maju ini “budaya malu” generasi kita hilang entah kemana. Malu disini adalah dalam konteks positif, yakni malu untuk melakukan perbuatan negatif yang tak sesuai peraturan dan norma yang ada.
Bagaimana mungkin rakyat di negeri yang kaya akan ideologi Pancasila dan norma-norma sosial sudah kehilangan “kemaluan”? Sungguh menjadi sebuah ironi, bukan?
Mari kita lihat para koruptor dan pelaku tindak kriminal. Malukah mereka dengan perbuatan hina yang mereka perbuat? Rasanya tidak.
Hilangnya integritas salah satunya karena budaya malu yang juga kini sudah hilang di masyarakat, tidak mudah mengubah konstruksi berpikir seseorang yang koruptif karena sudah tidak memiliki rasa malu dan jera.
Korupsi menjamur karena koruptor tidak mempunyai imajinasi nilai-nilai kebaikan yang seharusnya, mungkin perilaku korupsi tersebut sudah merupakan suatu yang legal bagi mereka. Padahal hukum pada dasarnya adalah kepastian dan semua sama di hadapan hukum (equality before the law) tapi ironisnya hukum di negeri ini sedang tidak baik – baik saja, sehingga tidak ada lagi kepercayaan publik kepada para pemangku kekuasaan.”
Seminar dan kajian terkait moralitas publik sudah sering di kumandangkan. Pada intinya adalah mulailah dari setiap individu dan pribadi masing – masing, bisikan suara hati yang kemudian menjalankannya untuk taat pada aturan-aturan yang berlaku.
Sehingga setiap individu memiliki nilai kebanggaan pada dirinya berdasarkan kemampuan bukan berdasar kepada harta dan kekuasaan semata.
Penulis : Taufik
Editor : Fikri/Red