Nasionaldetik.com , Jakarta – Serangan brutal Israel terhadap Palestina telah menciptakan penderitaan yang berkepanjangan bagi rakyat Palestina. Kebiadaban Israel, yang melakukan serangan udara, blokade ekonomi, pengusiran paksa, dan penyerangan terhadap warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, menunjukkan kebiadaban yang terus menerus berlangsung hingga saat ini. Selasa (01/10/24)
Sejak konflik pecah kembali pada Oktober 2023, serangan brutal Israel tidak hanya menghancurkan bangunan yang ada disana, tetapi juga meluluhlantakkan kehidupan manusia dan martabat rakyat Palestina. Dalam banyak kasus, serangan keji Israel menargetkan wilayah padat penduduk, seperti Jalur Gaza, sehingga menelan banyak korban jiwa yang tak bersalah dan memperburuk situasi kemanusiaan di sana.
Selain itu, penggusuran paksa di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem Timur semakin memperdalam luka rakyat Palestina. Banyak keluarga yang dipaksa keluar dari rumah mereka dan disita oleh pemukim Israel yang didukung oleh otoritas negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tindakan tersebut jelas melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia, namun Israel terus melakukan operasi ini dengan alasan keamanan, sementara warga Palestina semakin kehilangan tempat tinggal dan masa depan.
Tidak hanya fisik, kekejaman Israel juga terlihat dalam blokade ekonomi yang menjerat Jalur Gaza. Membatasi akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
Hal tersebut menciptakan krisis kemanusiaan yang akut, di mana lebih dari dua juta warga Palestina hidup dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka terjebak di wilayah yang terkepung tanpa akses yang memadai ke layanan kesehatan, air bersih, atau listrik.
Yang lebih menyedihkan adalah dampak kekerasan terhadap anak-anak Palestina. Generasi muda Palestina tumbuh dalam situasi perang yang berkepanjangan, dengan trauma psikologis yang mendalam akibat kekerasan yang mereka saksikan dan alami.
Menurut banyak laporan internasional, anak-anak di Palestina sering menjadi korban kekerasan militer, kehilangan tempat tinggal, pendidikan, dan masa depan yang layak. Lebih parahnya lagi, sekitar 17.000 anak-anak Palestina kehilangan nyawanya.
Kekejaman ini, yang sering dilihat oleh dunia, menuntut perhatian dan tindakan dari komunitas internasional khususnya PBB. Meski beberapa upaya diplomatik telah dilakukan, tanggapan dunia sering kali terbatas pada kecaman tanpa langkah konkret.
Israel terus melanggar hukum internasional tanpa konsekuensi berarti, sementara rakyat Palestina tetap hidup dalam penderitaan yang tak kunjung berakhir. Menurut otoritas kesehatan setempat, hampir 41.600 orang meninggal dan sebagian besar wanita dan anak-anak serta lebih dari 96.200 lainnya terluka.
Perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel seringkali digambarkan secara sepihak sebagai ancaman, sementara akar penyebab konflik, pendudukan yang tidak adil, penggusuran paksa, serta kekerasan sistematis, jarang mendapat perhatian yang memadai.
Perlawanan Palestina tidak dapat dipisahkan dari upaya mereka untuk mempertahankan tanah air dan martabat mereka. Ketidakadilan yang mereka alami setiap hari hanya memperkuat tekad mereka untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka yang dirampas.
Kebiadaban Israel tidak hanya berdampak pada Palestina, tetapi juga pada stabilitas kawasan Timur Tengah dan perdamaian dunia. Ketegangan yang muncul dari konflik ini kerap memicu kekerasan yang lebih luas di kawasan tersebut. Baru-baru ini, Israel juga menyerang ibu kota Lebanon, Beirut.
Saat ini, Arab Saudi menginisiasi aliansi global untuk mendirikan negara Palestina mengingat solusi dua negara sebelumnya disuarakan tidak kunjung membuahkan hasil.
Solusi yang adil dan damai harus segera dicapai, di mana hak-hak rakyat Palestina diakui, pendudukan dihentikan, dan mereka diberi kesempatan untuk hidup dalam damai dan kemerdekaan.
Jika dunia tidak segera bertindak, kita akan terus menyaksikan siklus kekerasan dan ketidakadilan yang merusak harkat dan martabat kemanusiaan.
Penulis : Bayu
Pimred : Edi uban